Loncat Dari Lantai Tiga, Ini Kisah Enal Afandi Korban Selamat Ledakan Smelter PT. ITSS

Morowali, Morindonews.co.id – Demi selamatkan nyawa dari kobaran api saat Tungku Smelter PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Enal Afandi nekad loncat dari lantai tiga dengan memeluk pipa besi yang ada disekitarnya.

Sayangnya pipa besi yang terhubung dengan sumber ledakan itu justru sangat panas, sehingga Enal Afandi yang bermaksud meluncur turun lewat pipa besi itu terpaksa melepaskan pelukannya dan jatuh dari ketinggian lantai tiga gedung.

Akibatnya, wajah dan kedua telapak tangan serta kaki yang bersentuhan dengan pipa besi menjadi melepuh dan gosong layaknya daging yang baru dipanggang.

“Ternyata pipa besi yang saya pegang untuk meluncur turun sangat panas, sehingga terpaksa saya melepas pelukan saya dan terjatuh dari lantai tiga gedung,” ujar Enal Afandi terbata-bata saat mengawali kisahnya. Senin, (25/12/2023).

Enal Afandi berusia 22 tahun yang berasal dari Kabupaten Maros Sulawesi Selatan kembali bercerita meski nyaris sekujur tubuhnya dalam balutan perban.

Subuh menjelang pagi saat jam kerja baru dimulai, dirinya sementara menikmati sarapan pagi di lantai tiga gedung. Karena lagi makan, ia tak mengenakan sarung tangan dan sepatu serta helm pengaman.

Tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat dari Tungku Smelter, dan membuat seluruh pekerja yang berada di gedung tersebut panik dan berhamburan menyelamatkan diri.

“Yang terlintas dipikiran saya hanya bagaimana cara menyelamatkan diri, sementara semua akses pintu keluar sudah tertutup api menyusul ledakan itu, pontan saya melihat pipa besi dan saya pikir bisa digunakan untuk meluncur turun, makanya saya loncat memeluk pipa besi itu.” Kata Enal Afandi di ruang perawatan RSUD Morowali.

Selanjutnya, setelah jatuh dari ketinggian lantai tiga gedung, ia tidak mengingat apa-apa lagi, dan baru sadar ketika sudah berada di ruang perawatan RSUD Morowali.

Rangkaian peristiwa ledakan smelter dan kisah dibalik upaya para pekerja saat berjuang menyelamatkan nyawa masing-masing, merupakan awal malapetaka yang akan terus menjadi “momok” dibenak para korban.

Terutama yang mengalami kondisi fisik yang hancur secara permanen alias cacat. Jelas beban mental akan menghantui masa depan para korban selamat yang divonis mengalami kecacatan permanen.

Namun kecemasan itu juga terasa dan menjadi perhatian khusus dengan kehadiran Pj. Bupati Morowali Ir. H. A. Rachmansyah Ismail, M.Agr, MP.

Ditemui saat sarapan pagi di Rumah Jabatannya, Rachmansyah Ismail mengungkapkan dirinya telah berkoordinasi dengan segenap pihak terkait.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *