Taman Nasional Dibuka untuk Umum, Wali Kota Jelaskan Filosofi di Dalamnya

Taman Nasional merupakan taman yang mendeklarasikan Kota Palu masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar 6 dekade yang lalu atau 60an tahun yang lalu.

“Ini menunjukkan bahwa Taman Nasional ini merupakan taman yang memiliki sejarah khusus bahwa di taman inilah diproklamasikannya Kota Palu masuk dalam NKRI. Sehingga diharapkan konsep taman ini adalah taman yang inklusif, integratif, dan kontekstual,” jelasnya.

Ia mengatakan dari lingkungan yang dapat dilihat bahwa Taman Nasional menyiapkan ruang yang sangat terbuka bagi masyarakat, tidak mengenal usia baik anak-anak, remaja, orang tua, bahkan Lansia pun juga bisa memanfaatkan taman ini dalam segala aktivitas.

Di Taman Nasional ini juga diletakkan beberapa catatan-catatan sejarah yang ditempelkan di dinding-dinding taman yang dapat dilihat oleh masyarakat.

Wali Kota menjelaskan filosofi properti yang ada di taman tersebut yang terdiri dari kolam air melingkar dan di tengahnya berdiri sebuah tugu berbentuk lingkaran spiral.

Kolam air melingkar, katanya bermakna kesejukan. Di mana Kota Palu adalah kota yang panas namun dengan kesejukan hati dari masyarakatnya maka akan menyejukkan kota ini yang letaknya sangat dekat dengan garis khatulistiwa.

Kemudian makna lingkaran spiral pertama menggambarkan sebuah putaran yang memiliki arti sebagai putaran waktu yang terus bergerak dan tidak pernah bertemu dengan awal geraknya.

“Putaran waktu itu menunjukkan bahwa Taman Nasional ini merupakan perwujudan bagaimana Palu di awalnya sampai dengan Palu di masa yang akan datang. Palu akan terus berputar dengan semua situasi dan kondisi dinamikanya,” jelasnya.

Selain itu, sculpture atau patung lingkaran tersebut juga diartikan sebagai gambaran sebuah gelombang, di mana masyarakat Kota Palu adalah masyarakat yang kuat terhadap begitu banyak cobaan seperti di tahun bencana di tahun 2018 silam.

Terakhir, Wali Kota mengatakan pihaknya telah menyiapkan dudukan tugu yang akan diletakkan patung berupa patung Burung Garuda yang diharapkan pihak Alfamidi bisa mengalokasikan kembali CSR-nya.

Patung Burung Garuda diletakkan di bagian belakang lingkaran spiral dimaksudkan agar ketika masyarakat memandang dari Gedung Juang maka akan nampak Burung Garuda berada di tengah lingkaran spiral tersebut.

“Burung Garuda merupakan lambang negara kita yang memiliki makna persatuan dan kesatuan. Maka ketika kita melihat dari Gedung Juang, posisi Burung Garuda berada di tengah sculpture yang mengartikan bahwa kesatuan dan persatuan kita di Kota Palu terbungkus dengan baik. Serta terbingkai dengan satu kesatuan yang baik,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *