Anwar Hafid menegaskan saat ini daerah Morowali dan Morut sudah pendarahan akibat eksploitasi pertambangan yang masif dan kurang pengawasan.
“Dahulu waktu saya jadi camat di Sorowako Luwu Timur saya lihat danau Sorowaku tidak pernah airnya keruh. Padahal disana ada industri tambang seperti PT.Vale. Tapi kalau di Morut dan Morowali kasihan (lingkungannya) airnya sudah sangat tercemar yang saya sebut sudah pendarahan,”terang calon gubernur usungan Partai Demokrat, PBB dan PKS ini.
Anwar Hafid menambahkan tenaga kerja dan tenan-tenan di imip 80 persen dari luar. Padahal kalau ini optimal, maka harusnya tenan-tenan dan tenaga kerja lokal kita yang lebih banyak.
“Misalnya pengadaan kebutuhan 9 bahan pokok di imip mestinya masyarakat kita yang adakan, termasuk pengadaan pakaian dinas perusahaan. Olehnya kita harus bersama – sama berjuang untuk pengalihan pajak dari mulut tambang ke industri tambang dan pemberdayaan masyarakat lokal,”tutur Anwar Hafid.
Anwar mengisahkan saat menjadi bupati di Morowali, dimana dirinya lima tahun mencari investor ke China, tapi tidak dapat-dapat. Karena mengangga berinvestasi di Indonesia rumit dan banyak pungutan.
“Pas ada investor datang dari China namanya Mr.Chan, saya bilang bangun dulu industrinya di Morowali ini (PT.IMIP 2013), baru saya kasi izin. Dari Mr.Chan inilah informasi menyebar ke investor ada bupati di Sulawesi Tengah tidak melakukan pungutan apapun,”kata Anwar.
Kata Anwar 2015 IMIP mau diresmikan oleh Presiden, tapi izin-izinnya belum lengkap, sampai-sampai Jendral Luhut Panjaitan memanggil saya dan bertanya bagaimana ini pak Anwar Presiden mau resmikan tapi perizinan belum lengkap?
“Saya jawab demi rakyat morowali saya yang bertanggungjawab, dengan harapan saya waktu itu masyarakat Morowali yang direkrut jadi tenaga kerja tanpa tes. Bahkan kami mendirikan perguruan tinggi pertambangan di Morowali dengan harapan masyarakat Morowali dapat menimbah ilmu dan jadi dosen dan tenaga kerja profesional di IMIP,”ujar Anwar.
Anwar memaparkan waktu itu di Morowali listri masih sering padam dan hanya 6 jam, maka pemda Morowali mengadakan gezen tapi tidak maksimal, maka dilakukan lobi ke IMIP agar membagi listriknya ke masyarakat.
“Sehingga sejak itu sampai sekarang IMIP membagi listriknya sebesar 25 Mega Watt untuk kepentingan masyarakat Morowali,”ungkapnya.
Sudirman Suhdi yang mewakili KAHMI mengatakan sebenarnya kehadiran perusahaan industri tambang dapat membantu peningkatan pendapatan dan ekonomi daerah. Dan keterlibatan pemerintah daerah sangat penting.
“Ada, pemerintah, pengusaha, ada pasar, akademisi tinggal menyeleks. Tapi yang terjadi perusahaan lokal untuk mensuplay kebutuhan 9 bahan pokok di PT.IMIP tidak dipakai. Sudah ada pendor-pendor dari luar didalam IMIP, kita orang lokal tidak diberi kesempatan. Makanya perlu Gubernur yang berani melakukan intervensi ke perusahaan tambang agar masyarakatnya diberdayakan,”tegas aktivis HMI itu.
Menurunya Morowali bukan hanya tambang, tapi terpesona dengan pariwisata alamnya yang juga tidak kalah menariknya.
“Industri pariwisata pulau Sambori tidak kalah dengan Rajaampat, embunnya menetes dipagi dan sore hari, suhu udaranya sangat dingin. Itu yang juga perlu pengelolaan yang optimal,”urai Sudirman.
“Mari kita doakan semua calon-calon gubernur kita, karena mereka putra – putri terbaik kita siapapun terpilih kita harus dukung,”ujar Sudirman.